Belanda menjadi negara yang
paling ngotot memperjuangkan nasib Ahok di Dewan HAM PBB. Ternyata hal itu
tanpa sebab.
Dilansir okezone, kedekatan Gubernur
DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama Purnama (Ahok) dengan Belanda
bermula usai berkunjungan ke negara kincir angin itu.
Ahok mengaku ingin segera
melakukan reklamasi terhadap 17 pulau yang ada di Kepulauan Seribu.
"Kita langsung ada MoU (Memorandum of
Understanding). Kita ingin 17 pulau itu, mereka (Belanda-red) bantu kita untuk
tanganin. Yang ingin segera kita terapkan adalah membangun pulau O,P,Q sudah
dianalisa, jadi pulau O,P,Q akan jadi pusat logistik pelabuhan," kata Ahok
di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (25/9/2015).
Selain ingin
menjadikan Belanda sebagai sister city dengan Jakarta, mantan Bupati Belitung
Timur itu juga ingin menjadikan pulau-pulau di Jakarta sebagai pelabuhan yang
terintegrasi layaknya 'Port of Rotterdam' dengan nama 'Port of Jakarta'.
"Makanya saya
bilang sama Pak Lino (Dirut PT. Pelindo II), kita harus namakan ini Port of
Jakarta, sehingga Rotterdam dan Jakarta, tidak hanya Sister City, tapi juga
Sister Port, untuk networking ini, penting untuk logistik," terang Ahok.
Menurutnya dengan
menggandeng PT Pelindo II maupun III karena persoalan yang ada di Indonesia
sama dengan Belanda.
"Karena sama
seperti Rotterdam ada Amsterdam Port, yang tentu mereka menghadapi persoalan
yang sama. Misalnya itu, Sungai Rein dia dari Swiss hulunya, nah dia lebih
repot, dia mesti kerjasama antara Swiss, Prancis, Jerman, Belanda, supaya tidak
terjadi pencemaran di laut," jelas suami Veronica Tan ini.
Sementara itu, di
Indonesia jauh lebih mudah karena hanya melibatkan Jawa Barat dan Banten.
Bahkan Belanda sudah memiliki kajian tentang Indonesia sejak 2004.
"Ada namanya Pak
Kos Wei Dijk apa namanya, panggilannya Pak Kos jago banget bahasa Indonesia,
dia punya menantu orang Indonesia, dia tahu banget cerita tentang Kampung Pulo.
Dia bilang, seharusnya 2012 sudah selesai normalisasi. Cuma kita enggak pernah
berani melakukan dengan tegas gitu loh," kisah Ahok.
Hal ini menurutnya
menarik, sebab ketika orang-orang yang di Belanda lebih mengetahui Indonesia.
Hal ini menurutnya wajar sebab 360 tahun lalu Belanda telah membangun Batavia.
Bahkan di tahun 1963-1965 semua kanal-kanal Belanda itu mirip dengan Indonesia.
Banyak lumpur dan jorok.
"Jadi dia
(Belanda-red) bilang seluruh dunia orang itu sama tabiatnya. Terus dia kasih liat
kita waternet (perusahaan air di Belanda-red). Waternet ini pusat airnya
Belanda yang ngatur siklus air termasuk air limbah, jadi orang boleh tinggal di
atas danau asal dia bayar ada colokan buat buang air kotornya, gasnya, air
bersihnya, itu kira-kira satu rumah akan habis 900 euro per bulan, gajinya kan
gede. Enggak sampai dua persen dari penghasilan mereka setahun,"
pungkasnya. (okezone)